Tiga Type Energi Listrik Gelombang Laut
Tiga Tipe Energi
Secara umum, potensi energi gelombang
laut dapat menghasilkan listrik dapat dibagi menjadi tiga tipe potensi
energi yaitu energi pasang surut (tidal power), energi gelombang laut
(wave energy), dan energi panas laut (ocean thermal energy). Energi
pasang surut merupakan energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut
akibat perbedaan pasang surut. Energi gelombang laut adalah energi yang
dihasilkan dari pergerakan gelombang laut menuju daratan dan
sebaliknya. Sedangkan energi panas laut memanfaatkan perbedaan
temperatur air laut di permukaan dan di kedalaman.
Indonesia belum pemanfaatan energi
gelombang laut sebagai sumber listrik. Memang Indonesia dengan
wilayahnya yang luas, memiliki potensi mengembangkan PLTGL. Namun untuk
merealisasikan hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih
mendalam. Tetapi secara sederhana dapat dilihat bahwa probabilitas
menemukan dan memanfaatkan potensi energi gelombang laut dan energi
panas laut lebih besar dari energi pasang surut.
Pada dasarnya pergerakan laut yang
menghasilkan gelombang laut terjadi akibat dorongan pergerakan angin.
Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan oleh
respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda di kedua titik
tersebut. Dengan sifat tersebut, energi gelombang laut dapat
dikategorikan sebagai energi terbarukan.
Gelombang laut secara ideal dapat
dipandang berbentuk gelombang yang memiliki ketinggian puncak maksimum
dan lembah minimum. Pada selang waktu tertentu, ketinggian puncak yang
dicapai serangkaian gelombang laut berbeda-beda. Ketinggian puncak ini
berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika diukur pada hari yang berbeda.
Meskipun demikian, secara statistik dapat ditentukan ketinggian
signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.
Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Semakin panjang jarak fetch-nya,
ketinggian gelombangnya akan semakin besar. Angin juga memunyai
pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat
akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water)
menuju ke pantai akan mengalami perubahan bentuk disebabkan adanya
perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang bergerak mendekati pantai,
pergerakan gelombang di bagian bawah yang berbatasan dengan dasar laut
akan melambat. Ini adalah akibat dari gesekan antara air dan dasar
pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air akan terus
melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin tajam
dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan
gelombang tersebut kemudian pecah.
Bila waktu yang diperlukan untuk terjadi
sebuah gelombang laut dihitung dari data jumlah gelombang laut yang
teramati pada sebuah selang tertentu, dapat diketahui potensi energi
gelombang laut di titik lokasi tersebut. Potensi energi gelombang laut
pada satu titik pengamatan dalam satuan kWh per meter berbanding lurus
dengan setengah dari kuadrat ketinggian signifikan dikali waktu yang
diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut.
Berdasarkan perhitungan ini dapat
diprediksikan berbagai potensi energi dari gelombang laut di berbagai
tempat di dunia. Dari data tersebut, diketahui bahwa pantai barat Pulau
Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat
berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40 kw/m.
Pada dasarnya prinsip kerja teknologi
yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi energi listrik adalah
mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin generator.
Karena itu, sangat penting memilih lokasi yang secara topografi
memungkinkan akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan
teknologi yang optimal dalam mengonversi energi gelombang laut masih
terus dilakukan.
Alternatif teknologi yang diprediksikan tepat dikembangkan di pesisir pantai selatan Pulau Jawa adalah teknologi Tapered Channel (Tapchan).
Prinsip teknologi ini cukup sederhana, gelombang laut yang datang
disalurkan memasuki sebuah saluran runcing yang berujung pada sebuah bak
penampung yang diletakkan pada sebuah ketinggian tertentu.
Air laut yang berada dalam bak
penampung dikembalikan ke laut melalui saluran yang terhubung dengan
turbin generator penghasil energi listrik. Adanya bak penampung
memungkinkan aliran air penggerak turbin dapat beroperasi terus menerus
dengan kondisi gelombang laut yang berubah-ubah. Teknologi ini tetap
memerlukan bantuan mekanisme pasang surut dan pilihan topografi garis
pantai yang tepat. Teknologi ini telah dikembangkan sejak l985.
Alternatif teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang lebih banyak dikembangkan adalah teknik osilasi kolom air (oscillating water column).
Proses pembangkitan tenaga listrik dengan teknologi ini melalui 2
tahapan proses. Gelombang laut yang datang menekan udara pada kolom air
yang diteruskan ke kolom atau ruang tertutup yang terhubung dengan
turbin generator. Tekanan tersebut menggerakkan turbin generator
pembangkit listrik. Sebaliknya, gelombang laut yang meninggalkan kolom
air diikuti oleh gerakan udara dalam ruang tertutup yang menggerakkan
turbin generator pembangkit listrik.
Variasi prinsip teknologi ini dikembangkan di Jepang dengan nama might whale technology.
Di Skotlandia, Inggris Raya, telah dibangun pembangkit tenaga gelombang
laut yang menggunakan teknologi ini. Pembangkit yang selesai dibangun
pada 2000 ini dilengkapai listrik sampai 500 kW.
Selain itu, di Denmark dikembangkan pula teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang disebut wave dragon, prinsip kerjanya mirip dengan tapered channel. Perbedaannya pada wave dragon, saluran air dan turbin generator diletakkan di tengah bak penampung sehingga memungkinkan pembangkit dipasang tidak di pantai.
Pembangkit-pembangkit tersebut kemudian
dihubungkan dengan jaringan transmisi bawah laut ke konsumen. Hal ini
menyebabkan biaya instansi dan perawatan pembangkit ini mahal. Meskipun
demikian pembangkit ini tidak menyebabkan polusi dan tidak memerlukan
biaya bahan bakar karena sumber penggeraknya energi alam yang bersifat
terbarukan.